Emblem Persatuan Panahan Indonesia
KONI
Sekretaris Jendral: Antonius Riva Setiawan

TENTANG PERPANITANGSEL

Sejarah PERPANI

SEJARAH

Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga ketepatan. Dari buku-buku dilukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari beberapa buku lain melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderthal telah menggunakan busur dan panah.

Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit Mesir Kuno yang mati ditembus anak panah. Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi. Selain itu, literatur lain menuliskan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.

Atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Menurut World Archery, kompetisi panahan pertama kali berlangsung di Finsbury, Inggris pada tahun 1583 yang diikuti oleh sekitar 3.000 peserta.

Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional dengan nama GNAS (Grand National Archery Society). Panahan menjadi cabang olahraga Olimpiade pada 1900 untuk pria dan 1904 untuk wanita.

Sejarah Cabang Olahraga Panahan di Indonesia

Panahan telah ikut ambil bagian dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) Pertama di Kota Solo pada tahun 1948. Panahan cabang termasuk yang banyak diminati peserta. Melihat respons yang begitu positif maka Sri Paku Alam VIII kemudian mendirikan Persatuan Panahan Indonesia (Perpani), pada 12 Juli 1953. Sri Paku Alam VIII diadulat sebagai Ketua Umum Perpani dari tahun 1953-1977.

Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc). Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada kongresnya di Oslo, Norwegia.

Sejak saat itu Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya dapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru.